Skip to main content

hujan dan kenangan

*bangun dari tidur siang* sejenak mendengar gemuruh tetesan air di luar sana, ternyata Hujan turuuun. ya, akhirnya hujan turun juga di sore 9 november 2015 ini, musim hujan kedua saya di kota istimewa ini. Biasanya sih, kalau hujan identik dengan genangan kenangan masa lalu, tentang sebuah sesuatu memori tersimpan pada setiap tetes air hujan.
Tak jauh berbeda dengan saya, diri ini juga kembali terkenang suatu hal oleh hujan. Diri ini terkenang bagaimana melintasi dinginya musim hujan pertama di jogja dalam kehangatan sebuah keluarga pertama di jogja, andalusia familiy. Berhubung hujan dan harus mengumpulkan niat ekstra lebih untuk keluar asrama, akhirnya aku memilih untuk duduk manis dengan notebook dan secangkir kopi –it was special moment-. Lalu seketika jemari ini tergelitik untuk menuliskan cerita sederhana mengenai keluarga kecil itu. Jadi, ceritanya begini....
Awalnya, karena saya kuliah di UGM saya harus mencari kost di dekat kampus FT UGM. Saya minta tolong kepada teman saya untuk mencarikan saya kost, ternyata beliau malah membawa saya ke rumah kecil di pogung rejo, tertulis di dinding temboknya angka “391”. Ternyatta itu adalah sebuah kontrakan, cukup ideal memang dikatakan sebuah kontrakan, dengan kordinator kontrakanya bermama mas idriwal mayusda, sejenak saya mensurvey kamar dan kontrakan,ada5 kamar yang diperuntutkan untuk 8 penghuni, dapur –tapi tidak ada kompornya-, 1 kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga, sudah ada TV dispenser, rice cooker, dan perangkat kontrakan lainya. beberapa kamar terlihat masih kosong karena memang belum terisi oleh orang. Karena saya malas untuk mencari lagi kost-kostan saya memutuskan untuk ikut mengontkrak di tempat itu, toh untuk satu tahun kedepan, nanti bisa cari buat tahun depanya *gumam saya saat itu*.
                Di kotrkan tersebut awalnya saya lebih sering diam dikamar samabil mainan laptop atau HP, Sering waktu berjalan akhrnya jadi lebih akrab dan sering sharing dengan penghuni kontrakan lainya. Nah saya bahas satu-satu nih :

1.      1.  mas idriwal


to be continued.......

Comments

Popular posts from this blog

ADVOKASI : SEBUAH AWAL

Gerakan advokasi di UGM lahir dikarenakan keprihatinan mahasiswa melihat semakin menjauhnya UGM dari visi kerakyatannya yang menyebabkan aksesibilitas rakyat untuk menimba ilmu di UGM menjadi terbatas. (Mahaarum, 2007). Yang terbaru adalah aksi 2 mei, bonbin, dan tukin.advokasi lahir dari masalah-masalah yang ada di kampus, mahasiswa berkumpul, bergerak untuk memperjuangkan apa yang mereka rasa benar. Advokasi adalah kementrian yang paling bertanggung jawab atas status bem kmft sebagai lembaga pergerakan. Advokasi inilah yang menggerakan teman-temanya untuk membela sesuatu yang mereka anggap benar. Ketia kader-kader advokasi sudah tidak memiliki kepedulian dan memberikan manfaat, bubarkan saja advokasi. Advokasi adalah sebuah keunikan. Dia melanggar hukum-hukum dasar klasik keorganisasian. Ketika hierarkhi Mashlow mengatakan bahwa manusia mengejar pemenuhan kebutuhan dunia dalam motivasi kerjanya, maka para kader Advokasi justru dituntut mengorbankan waktunya dan menjadikan...

Logo GGS (Golden Generation Smansawi)

Deskripsi logo GSS50 bayangan yg membentuk L melambangkan angkatan kita dalam aksara romawi, yaitu angkatan "ke-50". Tiga helai kelopak melati melambangkan tiga proses tahapan yg telah kita lalui dalam pengembangan karakter di smansawi.  Bunga melati sendiri adalah simbol dari smansawi (yang kemudian diadopsi sebagai nama tabloit smansawi yg dicetak sendiri saat penerimaan siswa baru maupun di surat kabar mingguan/bulanan tegal). Bentuk margin dari logo sendiri berbentuk separuh dari bangunan rumah, melambangkan smansawi sebagai "rumah kedua" atau "potongan rumah" yang membentuk kita, potongan yang lain tentu saja adalah rumah kita yg lain yaitu rumah kita di luar smansa, dalam hal ini separuh rumah tersebut adalah dunia luar (dalam konteks ini kampus, pekerjaan, masyarakat), warna biru sendiri adalah simbol dari SMAN1SLAWI, sedangkan warna kuning keemasan melambangkan kejayaan dan kesejahteraan, selain juga sebagai warna angkatan kita, angkatan e...

The Miracle Of Istanbul - Fifteen Minutes That Shock the World

Dinding stadion Kemal Ataturk seperti setipis kertas. Dari kamar ganti Liverpool, sorak sorai pemain AC Milan di ruangan yang berbeda begitu jelas terdengar. Semua pemain Liverpool tertunduk lesu. Tak ada yang berani menegakkan kepala. Pada malam final Liga Champions 2004/05 itu, Milan memberikan pukulan telak kepada Liverpool. Milan mampu unggul 3-0 saat jeda. Bek veteran Paolo Maldini membuka keunggulan pada menit pertama pertandingan. Sebelum turun minum, Hernan Crespo menambahnya dengan dua gol. Awal yang sempurna. Tak mau disetir kemurungan, Rafael Benitez menghimpun nafas dan berdiri di tengah para pemainnya. Sang manajer sadar, dia hanya punya waktu 15 menit untuk mengembalikan kepercayaan diri tim. Ketika berjalan dari bangku cadangan menuju ruang ganti, benak Benitez dipusingkan mencari-cari kalimat dalam bahasa Inggris yang tepat untuk "menghidupkan" para pemainnya. Kalimat yang kemudian meluncur dari mulutnya sederhana saja. "Jangan tundukkan kepal...