dalam menjalankan akktivitas, kita tentunya memiliki target-target yang akan dicapai, terlebuh bagi seseorang mahasiswa dengan segala aktivitas kampus, baik akademik, organisasi, hobi, minat bakat, dan lainya.
target tersebut penting untuk dibuat agar menjadi motivasi dan semangat untuk terus bergerak. selain itu, taget tersebut juga penting untuk mengukur seberapa jauh kita berkembang, jangan-jangan usaha kita selama ini masih jauh dari target yang kita harapkan, atau malah menyimpang dari apa yang seharusnya.
kita perlu mengukur sudah seberapa jauh kita berjalan dari garis start menuju target yang kita tuju, di sepanjang jalan untuk mencapai target yang kta harapkan tersebut, pasti ada manfaat baik berupa amanah maupun peningkatan kaspasitas, itulah yang saya sebut sebuah pencapaian.
namun kadang-kadang, seringkali kita tidak puas dengan segala pencapaian yang selama ini kita dapatkan, kita merasa jika begini…, jika begitu…., maka kita bisa mendapatkan pencapaian yang lebih dan lebih besar lagi. Alhasil kita selalu mengerjar berbagai pencapaian.
saya pun demikian,
selama 3 tahun aktif di lembaga kemahasiswaan, saya pun merasa bahwa segala apa yang saya capai selama ini masih belum maksimal, saya merasa bahwa banyak hal yang sebenarnya bisa saya lakukan. saya bisa melakukan ini seandainya begini, sata bisa melakukan itu seandainya begitu.. dan seterusnya.
hingga suatu saat Abi saya menelfon untuk bertanya kabar, yang menarik adalah selain kondisi akademik yang beliau tanyakan adalah :
“sudah nambah berapa juz hafalanya?”
“semalam sholat tahajjud kan? jangan lupa selalu berdoa”
“jangan lupa tilawah..” dan sebagainya
sangat jarang sekali belau menanyakan berapa kali rapat pekan ini, gimana kondisi Lembaga Mahasiswamu, akana ada kegiatan apa di akhir pekan ini. padahal belau tahu saya aktif di lembaga mahasiswa, terlebih, belaiu pun dulu aktif di lembaga mahasiswa dan sekarang masih aktif berorganisasi di sebuah yayasan.
setelah itu saya berfiikir, mungkin sejauh ini pencapain yang saya harapakan selalu kurang maksimal karena saya melupakan pencapaian yang lebih penting dan mendasar, atau lebih jauh, mungkin target yang saya tuju kurang tepat sehingga segala pencapaian tidak terasa menenangkan dan justru membuat hati semakin gusar.
agar lelah ini tidak salah arah, coba kita syukuri segala pencapaian yang sudah didapat, serta merenungkan mengenai prioritas target yang akan kita capai.
Comments
Post a Comment