Habibie : engginer, nasionalisme, dan Ibu Ainun
Sumpahku
Terlentang, jatuh,
perih, kesal
Ibu pertiwi, engkau
pengangan
Janji pusaka dan
sakti
Tanah tumpah darahku
Makmur dan suci
Hancur badan tetap
berjalan
Jiwa besar dan suci
Membawa aku padamu
Padamu, Indonesia
Makmur dan suci
Tergetar dadaku mendengar sebuah
puisi yang dbuat ketika beliau sakit keras dan berbaring seorang diri di rumah
sakit. Sumpah dari seseorang yang sempat memimipn kita pada masa peralilah orde
baru menuju reformasi. Seorang tenoktat
terbaik yang pernah dimiliki oleh bangsa ini. Bukan hanya Indonesia, negara
adikuasa sekaliber jerman mengakui kemampuanya. Ya, beliaulah Bacharuddin Jusuf
Habibie.
Presiden ketiga Republik
Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan,
pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan
bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo.
Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini
dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil
Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan.
Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak.
Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat
cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar, namun ia harus kehilangan bapaknya
yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung saat
ia sedang shalat Isya.
Tak lama setelah ayahnya
meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan kendaraannya dan pindah ke Bandung
bersama Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai
kehidupan anak-anaknya terutama Habibie, karena kemauan untuk belajar Habibie
kemudian menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai
tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta.
Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Karena kecerdasannya, Setelah
tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi
Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa
dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman,
karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan
bagi Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi
Konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische
Hochschule (RWTH)Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk
sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya
yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Beberapa tahun kemudian,
pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana
diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau
swasta dari pada teman-temannya yang lain Musim liburan bukan liburan bagi
beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang
untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali
belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak
menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan
uang tanpa mengikuti ujian.
Beliau mendapat gelar Diploma
Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude
(Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5, Dengan gelar insinyur, beliau mendaftar
diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman. Pada
saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk
mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan
1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba mengaplikasikan
cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon
dan akhirnya berhasil.
Setelah itu beliau kemudian
melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di Technische Hochschule Die Facultaet
Fuer Maschinenwesen Aachean kemudian Habibie menikah pada tahun 1962 dengan
Hasri Ainun Habibie yang kemudian diboyong ke Jerman, hidupnya makin keras, di
pagi-pagi sekali Habibie terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat kerjanya
yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian pulang pada malam hari
dan belajar untuk kuliahnya, Istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie harus
mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju untuk menhemat kebutuhan
hidup keluarga. Pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan
penilaian summa cumlaude (Sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari
Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.
Rumus yang di temukan oleh
Habibie dinamai "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan
atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang sehingga
ia di juluki sebagai "Mr. Crack". Pada tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan
(Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. dari tempat yang sama tahun 1965.
Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga
internasional di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga
Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London
(Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The
Academie Nationale de l'Air et de l'Espace (Prancis) dan The US Academy of
Engineering (Amerika Serikat). Sementara itu penghargaan bergensi yang pernah
diraih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan Award von Karman yang
hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat
penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala
Bhakti Kencana.
Langkah-langkah Habibie banyak
dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak
sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van
Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi
berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga
meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa
Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman,
sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Akhirnya “Si Anak Hilang” telah
kembali ke nusantara, Beliau melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi di
Jerman. Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi
pada bangsa ini. Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah
air. Iapun diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung dibawah
Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun
1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi
ke Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di
MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus
setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB
pada 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat
menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi(Menristek) sekaligus merangkap
sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu
Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan
lainnya.
Ketika menjadi Menristek, Habibie
mengimplementasikan visinya yakni membawa Indonesia menjadi negara industri
berteknologi tinggi. Ia mendorong adanya lompatan dalam strategi pembangunan
yakni melompat dari agraris langsung menuju negara industri maju. Visinya yang
langsung membawa Indonesia menjadi negara Industri mendapat pertentangan dari
berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri yang menghendaki pembangunan
secara bertahap yang dimulai dari fokus investasi di bidang pertanian. Namun,
Habibie memiliki keyakinan kokoh akan visinya, dan ada satu “quote” yang
terkenal dari Habibie yakni :
“I have some figures which
compare the cost of one kilo of airplane compared to one kilo of rice. One kilo
of airplane costs thirty thousand US dollars and one kilo of rice is seven
cents. And if you want to pay for your one kilo of high-tech products with a
kilo of rice, I don’t think we have enough.”
Kalimat diatas
merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan lawan politiknya.
Habibie ingin menjelaskan mengapa industri berteknologi itu sangat penting. Dan
ia membandingkan harga produk dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan
hasil pertanian. Ia menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah
USD 30.000 dan 1 kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang
hampir setara dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat dengan
massa 10 ton, maka akan diperoleh beras 4,5 juta ton beras.
Pola pikir Pak Habibie disambut
dengan baik oleh Pak Harto.Pres. Soeharto pun bersedia menggangarkan dana
ekstra dari APBN untuk pengembangan proyek teknologi Habibie. Dan pada tahun
1989, Suharto memberikan “kekuasan” lebih pada Habibie dengan memberikan
kepercayaan Habibie untuk memimpin industri-industri strategis seperti Pindad,
PAL, dan PT IPTN.
Secara materi, Habibie sudah
sangat mapan ketika ia bekerja di perusahaan MBB Jerman. Selain mapan, Habibie
memiliki jabatan yang sangat strategis yakni Vice
President sekaligus Senior Advicer di
perusahaan high-techJerman. Sehingga Habibie terjun ke pemerintahan
bukan karena mencari uang ataupun kekuasaan semata, tapi lebih pada perasaan
“terima kasih” kepada negara dan bangsa Indonesia dan juga kepada kedua orang
tuanya. Sikap serupa pun ditunjukkan oleh Kwik Kian Gie, yakni setelah menjadi
orang kaya dan makmur dahulu, lalu Kwik pensiun dari bisnisnya dan baru terjun
ke dunia politik. Bukan sebaliknya, yang banyak dilakukan oleh para politisi
saat ini yang menjadi politisi demi mencari kekayaan/popularitas sehingga
tidak heran praktik korupsi menjamur.
Tiga tahun setelah kepulangan ke
Indonesia, Habibie (usia 41 tahun) mendapat gelar Profesor Teknik dari ITB. Selama
20 tahun menjadi Menristek, akhirnya pada tanggal 11 Maret 1998, Habibie
terpilih sebagai Wakil Presiden RI ke-7 melalui Sidang Umum MPR. Di masa itulah
krisis ekonomi (krismon) melanda kawasan Asia termasuk Indonesia. Nilai tukar
rupiah terjun bebas dari Rp 2.000 per dolar AS menjadi Rp 12.000-an per dolar.
Utang luar negeri jatuh tempo sehinga membengkak akibat depresiasi
rupiah. Hal ini diperbarah oleh perbankan swasta yang mengalami kesulitan
likuiditas. Inflasi meroket diatas 50%, dan pengangguran mulai terjadi
dimana-mana.
Pada saat bersamaan, kebencian
masyarakat memuncak dengan sistem orde baru yang sarat Korupsi, Kolusi,
Nepotisme yang dilakukan oleh kroni-kroni Soeharto (pejabat, politisi,
konglomerat). Selain KKN, pemerintahan Soeharto tergolong otoriter, yang
menangkap aktivis dan mahasiswa vokal.
Dipicu penembakan 4 orang
mahasiswa (Tragedi Trisakti) pada 12 Mei 1998, meletuslah kemarahan
masyarakat terutama kalangan aktivis dan mahasiswa pada pemerintah Orba.
Pergerakan mahasiswa, aktivis, dan segenap masyarakat pada 12-14 Mei 1998
menjadi momentum pergantian rezim Orde Baru pimpinan Pak Hato. Dan pada 21 Mei
1998, Presiden Soeharto terpaksa mundur dari jabatan Presiden yang dipegangnya
selama lebih kurang 32 tahun. Selama 32 tahun itulah, pemerintahan otoriter dan
sarat KKN tumbuh sumbur. Selama 32 tahun itu pula, banyak kebenaran yang
dibungkam. Mulai dari pergantian Pemerintah Soekarno (dan pengasingan Pres
Soekarno), G30S-PKI, Supersemar, hingga dugaan konspirasi Soeharto dengan pihak
Amerika dan sekutunya yang mengeruk sumber kekayaan alam oleh kaum-kaum
kapitalis dibawah bendera korpotokrasi (termasuk CIA, Bank Duni, IMF dan
konglomerasi).
Soeharto mundur, maka Wakilnya
yakni BJ Habibie pun diangkat menjadi Presiden RI ke-3 berdasarkan pasal 8 UUD
1945. Namun, masa jabatannya sebagai presiden hanya bertahan selama 512 hari.
Meski sangat singkat, kepemimpinan Presiden Habibie mampu membawa bangsa
Indonesia dari jurang kehancuran akibat krisis. Presiden Habibie berhasil
memimpin negara keluar dari dalam keadaan ultra-krisis, melaksanankan transisi
dari negara otorian menjadi demokrasi. Sukses melaksanakan pemilu 1999 dengan
multi parti (48 partai), sukses membawa perubahan signifikn pada stabilitas,
demokratisasi dan reformasi di Indonesia.
Selain memiliki kecerdasan yang
tinggi (mungkin orang terjenius dari Indonesia), Habibie dikenal sebagai
cendekiawan muslim yang taat sekaligus reformis. Dalam menghadapi berbagai
kesulitan, Habibie tidak luput dari do’a dan sholat untuk mendapat petunjuk
atau ilham. Mendapat jabatan sebagai Presiden bagi Habibie merupakan amanah dan
titipan dari Allah untuk mengabdi dengan sepenuh hati.
Bangsa dan negara saat itu kacau balau pasca pengunduran
diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan
disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Bahkan dia harus menghadapi
perpecahan militer yang saat itu terjadi pertentangan kubu Wiranto, Prabowo dan
berbagai faksi militer internal lainnya. Segera setelah memperoleh kekuasaan
Presiden Habibie dengan cepat membentuk sebuah Kabinet.
Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan
dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor
untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan
mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi. Habibie
telah membawa bangsa ini lebih dikenal dunia sebagai bangsa berteknologi
tinggi. Meski belum bisa memproduksi mobil nasional tetapi sudah mampu
memproduksi pesawat yang mulai dipesan negara lain.
Sebagai Pejabat Presiden yang terpendek masa jabatannya
dengan cepat dan cerdas Habibie berhasil memberikan landasan kokoh bagi
Indonesia. Pada masa pemerintahannya yang singkat itu dilahirkan berbagai
produk undang-undang yang penting bagi bangsa ini melangkah maju di era
reformasi. Habibie berhasil mengusulkan ke DPR UU Anti Monopoli atau UU
Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU
otonomi daerah. Beberapa pengamat menilai melalui penerapan UU otonomi daerah
inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam
dan akhirnya dituntaskan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Para ahli
meyakini bahwa tanpa UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami
nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Habibie juga memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan
aspirasinya sehingga banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni
sebanyak 48 partai politik. Saat jadi Presiden dengan tegas dan berani dia
langsung membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas
(mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan
Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena dituduh memicu
kerusuhan di Medan tahun 1994).
Habibie juga langsung mencabut larangan berdirinya
serikat-serikat buruh independen yang pada saat masa orde baru adalah merupakan
hal paling tabu.
Hanya dalam waktu singkat pemerintahnya telah mengusulkan
membentuk tiga undang-undang politik yang penting dan demokratis yaitu: UU No.
2 tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu dan UU
No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR.
Habibie juga sangat besar kontribusinya dalam memacu dalam
penetapan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari
tuntutan reformasi yaitu : Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap
No. IV/MPR/1983 tentang Referendum, Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang
pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila sebagai azas tunggal, Tap
MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang
Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar
batas perundang-undangan dan Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa
jabatan Presiden dan Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode.
Habibie juga dengan cerdas dan progresif ikut memacu dan
berkontribusi dalam penetapan 12 Ketetapan MPR antara lain tentang Tap MPR No.
X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan
dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara, Tap MPR No.
XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi,
kolusi, dan nepotisme, Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa
jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Tap MPR No.
XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah, Tap MPR No. XVI/MPR/1998,
tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi, Tap MPR No.
XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM), Tap MPR No. VII/MPR/1998,
tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang peraturan
tata tertib MPR, Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum, Tap MPR No.
III/V/MPR/1998, tentang referendum, Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN, Tap
MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada
Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan
nasional sebagai pengamalan Pancasila, Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang
pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
Meski seorang pakar teknologi, dengan gemilang di bidang
ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar
antara Rp 12.000 รข€“ Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, terutama
setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada
level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era
pemerintahan manapun selanjutnya.
Pakar aerotechnology itu juga memulai menerapkan
independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Meski bukan pakar ekonomi dengan cerdas Habibie
menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, B.J. Habibie
melakukan langkah-langkah restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui
pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara, melikuidasi beberapa bank yang
bermasalah, menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp.
10.000,00, membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar
negeri, mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF, mengesahkan
UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak
Sehat, mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Salah satu ide luar biasa berani tetapi dianggap sebagai
kesalahan terbesar oleh lawan politiknya adalah setelah menjabat sebagai
Presiden, B.J. Habibie memperbolehkan diadakannya referendum provinsi Timor
Timur (sekarang Timor Leste), ia mengajukan hal yang cukup menggemparkan publik
saat itu, yaitu mengadakan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih
merdeka atau masih tetap menjadi bagian dari Indonesia.
Pada masa kepresidenannya, Timor
Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah
yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999. Lepasnya Timor Timur berdasarkan
riwayat sejarah dalam memperjuangkannya memang disesali oleh sebagian warga
negara Indonesia. Tapi tidak disadari disisi lain membersihkan nama Indonesia
yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.
Habibie merupakan presiden RI
pertama yang menerima banyak penghargaan terutama di bidang IPTEK baik dari
dalam negeri maupun luar negeri. Jasa-jasanya dalam bidang teknologi pesawat
terbang mengantarkan beliau mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor of Honoris
Causa) dari berbagaai Universitas terkemuka dunia, antara lain Cranfield
Institute of Technology dan Chungbuk University.
Setelah ia turun dari jabatannya
sebagai presiden, ia lebih banyak tinggal di Jerman daripada di Indonesia.
Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif
sebagai penasehat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia
lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center.
22-mei-2010 ibu ainiun berpulang ke Rahmatullah. Bagi Habibie, Ainun adalah segalanya. Ainun
adalah mata untuk melihat hidupnya. Bagi Ainun, Habibie adalah segalanya,
pengisi kasih dalam hidupnya. Namun setiap kisah mempunyai akhir, setiap mimpi
mempunyai batas. Kemudian pada satu titik, dua belahan jiwa ini tersadar;
Apakah cinta mereka akan bisa terus abadi? Ibu Ainun harus kembali kepada yang Khalik
karena penyakit Kanker-nya. Air mata saya mengalir ketika melihat bapak Habibie
menaruh dahinya di tembok ketika diingatkan saudara Ibu Ainun, untuk
mengikhlaskan Ibu Ainun.
Habibie adalah sebuah refleksi,
anak bangsa dapat berprestasi. Habibie membawa mimpi anak bangsa yang mampu
berdkari, teknokrat lain mencaci jika bisa impor mengapa buat sendiri?. meski
lama di luar negeri dia pulang untuk
membangun kembali, panutan perihal pendidikan juga dalam hal pengabdian.
Sebagai pemimpin da memberi visi, industri strategis harus dikelola sendiri. Ditangan
Habibie Indonesia seperti bernyali, Siap mencuat dan berkompetisi. Sebagai ayah
dan suami dia menyentuh hati, meriwayatkan cinta dan kasih kinasih abadi. Tak
bisa dipungkiri Habbie meniupkan ruh demokrasi, dera reformas yang penuh caci
maki. Bapak telah mengnspirasi kita semua, dan membuka mata kita para calon
engginer bahwa pintar itu tidak cukup, harus ada nasonalsme yang kuat dalam
diri kita untuk membangun bangsa ini menjadi lebik baik, Termakasih, Bapak
Habibie.
Comments
Post a Comment