Diantara yang berada di jalan ini, ada orang-orang yang menempatkan da‟wah sebagai bagian dari aktivitas, sebagian yang lain menempatkannya sebagai jalan hidup. Orang pertama adalah mereka yang terpuaskan oleh kesibukan kerja dan terisinya waktu luang. Maka saat dihadapkan kepadanya pilihan, dia perlahan-lahan mundur lewat sela-sela barisan. Dan ketika terlepas darinyalingkungan yang mengikatnya dengan ikatan da‟wah, dia memilih menjadi manusia biasa seumumnya.orang kedua adalah mereka yang mengharapkan balasan dari Rabb-nya yang telah dijanjikan. Maka saat dihadapkan kepadanya pilihan, dia mampu menempatkan da‟wah di atas segala sesuatu. Dan ketika terpaksa harus meninggalkan sebuah medan da‟wah, dia bersegera mencari ladang yang lain untuk disemai. Orang-orang seperti ini adalah permatanya da‟wah yang senantiasa menghiasi dengan kilau cahaya.Maka pilihlah.-dari sebuah buku yang disusun oleh majelis syuro Keluarga Muslim Teknik (KMT) 2008/2009 yang berjudul : engineering plus ; halaman 160-
Dinding stadion Kemal Ataturk seperti setipis kertas. Dari kamar ganti Liverpool, sorak sorai pemain AC Milan di ruangan yang berbeda begitu jelas terdengar. Semua pemain Liverpool tertunduk lesu. Tak ada yang berani menegakkan kepala. Pada malam final Liga Champions 2004/05 itu, Milan memberikan pukulan telak kepada Liverpool. Milan mampu unggul 3-0 saat jeda. Bek veteran Paolo Maldini membuka keunggulan pada menit pertama pertandingan. Sebelum turun minum, Hernan Crespo menambahnya dengan dua gol. Awal yang sempurna. Tak mau disetir kemurungan, Rafael Benitez menghimpun nafas dan berdiri di tengah para pemainnya. Sang manajer sadar, dia hanya punya waktu 15 menit untuk mengembalikan kepercayaan diri tim. Ketika berjalan dari bangku cadangan menuju ruang ganti, benak Benitez dipusingkan mencari-cari kalimat dalam bahasa Inggris yang tepat untuk "menghidupkan" para pemainnya. Kalimat yang kemudian meluncur dari mulutnya sederhana saja. "Jangan tundukkan kepal...
Comments
Post a Comment